Monday, May 13, 2013

BADAK JAWA


SEKILAS MENGENAI BADAK JAWA

Badak Jawa sudah langka
Hewan asli terbesar yang ada di pulau Jawa adalah Badak Jawa atau javan rhinoceros (Rhinoceros sondaicus). Hewan ini dapat mencapai berat hingga 2,3 ton. Ketika populasinya masih stabil, Badak Jawa tersebar di sebagian besar wilyah Jawa Barat, seperti gunung Gede-Pangrango, Gunung salak, Gn. Tangkuban Perahu dan gunung Ciremei. Badak Jawa merupakan salah satu anggota dari famili Rhinocerotidae yang juga adalah salah satu dari 5 jenis badak yang masih ada. Badak India dan Badak Jawa masuk dalam genus yang sama dengan ciri memiliki kulit bermosaik yang mirip baja. Pada zaman dahulu diantara semua jenis badak endemik Asia, Badak Jawa merupakan spesies yang wilayah penyebarannya paling luas. Meskipun disebut “Badak Jawa” namun badak ini pernah hidup diseluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Namun kini Badak Jawa berada diambang kepunahan. Populasinya yang hanya ada di alam bebas diperkirakan sekitar 40 – 50 ekor yang tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon. Hal ini menyebabkan Badak Jawa disebut sebagai mamalia terlangka di bumi.

CIRI FISIK BADAK JAWA

Badak Jawa di habitat aslinyaBerbicara mengenai ciri fisik Badak Jawa, bila dibandingkan dengan Badak India, Badak Jawa memiliki tubuh yang lebih kecil yang lebih mendekati badak hitam. Berdasarkan pengamatan, panjang badan Badak Jawa termasuk kepala kurang lebih 3 – 3,3 m dan tinggi 1,3 – 1,8 m. Untuk berat, badak dewasa memiliki berat antara 900 hingga 2.400 kilogram. Tak tampak perbedaan yang mencolok antara Badak Jawa jantan dan betina, namun badak betina memiliki tubuh yang sedikit lebih besar. Dibanding dengan jenis badak lain, Badak Jawa memiliki kesamaan pada cula, yaitu hanya memiliki satu cula. Culanya juga merupakan cula terkecil dari semua badak. Panjang cula biasanya sekitar 20 cm lebih sedikit. Cula terpanjang yang pernah ditemukan berukuran 27 cm. Badak Jawa menggunakan culanya bukan untuk bertarung melainkan untuk menyingkirkan lumpur di kubangannya, atau untuk membuka jalan melalui vegetasi tebal dan menarik tanaman untuk dimakan. Ciri fisik lain yang dimiliki oleh Badak Jawa adalah bibir panjang, atas dan tinggi yang sangat membantu dalam mengambil makanan. Sama seperti semua badak pada umumnya, Badak Jawa memiliki daya pandangan mata yang buruk namun memiliki pendengaran serta penciuman yang sangat baik. Umur Badak Jawa diperkirakan hanya sekitar 30 – 45 tahun. Kulitnya berwarna abu kecoklatan atau abu-abu. Pembungkus leher dari Badak Jawa berukuran lebih kecil dari Badak India, namun tetap berbentuk seperti pelana kuda pada pundaknya.
Sebenarnya, Badak Jawa merupakan hewan yang tenang, namun mereka biasa bertindak agresif ketika sedang berkembang biak atau ketika sedang mengasuh anak. Terkadang mereka berkerumun dalam kelompok-kelompok yang kecil di tempat dimana mereka mencari kubangan lumpur yang mengandung mineral. Kebiasaan mereka berkubang ternyata  memiliki fungsi yaitu untuk mencegah penyakit dan parasit serta untuk menjaga suhu tubuh. Umumnya, Badak Jawa lebih senang untuk menggunakan kubangan dari hewan lain maupun memperbesar kubangan yang muncul secara alami dibanding menggali kubangannya sendiri. Mereka lebih menyenangi kubangan yang mengandung banyak mineral karena bermanfaat bagi kulit mereka.



HABITAT BADAK JAWA

Anak Badak Jawa
Saat ini, hanya dua tempat hidup Badak Jawa yang diketahui, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa Barat dan Taman Nasional Cat Tien yang treletak 150 km disebelah utara kota Ho Chi Minh. Badak Jawa biasanya menyukai hutan yang teduh dan rapat, juga tempat-tempat yang rimbun dengan semak dan tanaman perdu yang rapat. Badak Jawa juga lebih senang menghindari tempat yang terbuka, terutama pada siang hari. Hal ini dikarenakan Badak Jawa memilih berlindung dari kejaran manusia. Wilayah jelajah untuk badak jantan diperkirakan sekitar 25 – 30 km2 sedangkan untuk badak betina, wilayah jelajahnya hanya sekitar 10 – 20 km2. Pada tahun 1937, populasi Badak Jawa di Ujung Kulon ditaksir hanya sekitar 25 ekor. Kemudian, untuk pertama kalinya diadakan sensus untuk Badak Jawa. Hasil yang diperoleh, populasi Badak Jawa pada saat itu sekitar 21 – 28 ekor. Perburuan merupakan faktor utama selain kelahiran anak yang mempengaruhi naik turunnya populasi badak. Berkat pengawasan yang ketat terhadap habitat badak, populasinya terus meningkat hingga 45 ekor pada tahun 1975. Hasil sensus sampai tahun 1989, populasi Badak Jawa meningkat menjadi 62 ekor.
WWF dan Balai TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon) terus memantau perkembangan populasi Badak Jawa, namun pada sensus terakhir yang dilakukan pada tahun 2006, populasi Badak Jawa yang masih hidup di Ujung Kulon hanya 20 – 27 ekor saja.

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah yang sesuai dengan topik di atas. Saran teman-teman juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas blog ini.
Terima Kasih :)

 
Copyright © . Flora & Fauna Indonesia - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger