SEKILAS MENGENAI SIWALAN (LONTAR)
Di daerah Sulawesi Selatan, Siwalan
(Borassus flabellifer L.) atau biasa disebut dengan lontar telah dianggap sebaai simbol persahabatan dan persaudaraan,
sama seperti tanaman Nibung di daerah Prov. Riau. Siwalan merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah pantai di
Sulawesi Selatan. Dibeberapa tempat di Sulawesi Selatan, tanaman ini banya yang
tumbuh dengan bergerombol. Walaupun tanaman ini tidak di budidayakan oleh
masyarakat setempat, namun tanaman ini dipilih sebagai maskot Provinsi Sulawesi
Selatan. Jika ditinjau dari segi budaya, salah satu pertimbangannya adalah
tanaman ini memiliki nilai khasnya tersendiri bagi masyarakat Sulawesi selatan.
Kekhasannya terlihat dengan dijadikannya tanaman siwalan sebagai lambang
kemandirian dan pemantapan kepribadian. Tanaham siwalan telah lama
digunakan sebagai lambang KODAM XIV Hasanuddin dan Universitas Hasanuddin
(UNHAS). Sebagai contoh, tanaman siwalan
dalam logo UNHAS melambangkan ilmu pengetahuan tentang banyaknya manfaat yang
diberikan bagi kesejahteraan manusia. Menurut cerita daerah setempat, dahulu
tempat yang dikunjungi oleh Laskar Makassar yang dipimpin oleh Sultan
Hasanuddin akan ditanami siwalan.
Dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa tanaman siwalan atau lontar
adalah simbol perdamaian dan persahabatan.
CIRI FISIK TANAMAN SIWALAN (LONTAR)
Siwalan merupakan salah satu jenis palem yang memiliki
batang lurus, kuat dan kokoh. Tanaman siwalan
memiliki bagian pangkal batang dan ujung yang membesar, dengan ketinggian
batang mencapai 15 – 30 m. Batangnya memiliki permukaan halus dengan warna
kehitam-hitaman. Daunnya berbentuk tunggal, bercangap menjadi sampai berlekuk
menjari dan membentuk taju daun. Jarak antara setiap tajunya antara 5 – 7 cm. Tangkai
daunnya yang berpelepah dapat mencapai panjang 1 m. Secara keseluruhan, bentuk
daun siwalan bulat menyerupai kipas dengan garis tengah kurang lebih 1,5
m. Daunnya siwalan yang sudah
tua tidak langsung gugur sehhingga membentuk tajuk berbentuk bulat. Daunnya
bertekstur sedikit kaku dengan warna daun yang hijau. Bunga jantan dan betina
terpisah pada pohon yang berbeda, sehingga siwalan termasuk tanaman yang
berumah dua, sehingga ada pohon yang hanya memiliki bunga jantan atau betina
saja. Bunga siwalan adalah
bunga majemuk. Terdapat perbedaan antara bunga jantan dan betina, jika bunga
jantan tersusun di dalam tongkol maka bunga betinanya dalam susunan bulir.
Panjang tongkol bunga jantan mencapai 50 cm sedangkan panjang bulir bunga
betina antara 25 – 30 cm. Tangkai pada tandan bunga jantan dapat disadap untuk
diambil niranya. Air hasil sadapan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai air
minum. Niranya juga dapat diolah menjadi minuman dengan kadar alkohol yang lumayan
tinggi yang disebut tuak maupun diolah menjadi bahan pangan berupa gula merah.
Ukuran buah siwalan lebih kecil dari
ukuran kelapa genjah, berbentuk bulat dengan diameter berkisar 7 – 20 cm. Di
dalam buah siwalan, terdapat 3 bakal biji. Kulit buah berserabut
dan memiliki tempurung seperti pada buah kelapa. Tempurung buah muda belum
mengeras dan daging buahnya bertekstur kenyal dan sedikit gurih.
HABITAT DAN PENYEBARAN SIWALAN (LONTAR)
Saat ini, tanaman siwalan
belum bisa dipastikan asal usulnya. Namun, sejumlah peneliti menduga bahwa
tanaman ini adalah tanaman asli dari Indonesia. Habitat yang ideal bagi
pertumbuhan siwalan adalah daerah
yang kering serta terbuka, sama seperti habitat tanaman kerabatnya. Salah satu
tempat yang disukai siwalan untuk hidup adalah daerah pantai yang panas
dan berpasir. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan
ketinggian antara 0 – 500 mdpl. Dalam pertumbuhannya, siwalan tidak membutuhkan
syarat atau keadaan khusus untuk pertubuhannya. Tanaman ini bahkan dapat
bertahan hidup di lahan kritis sekalipun. Tanaman ini banyak tumbuh di wilayah
timur Indonesia antara lain bagian timur Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Madura,
Bali, dan Nusa Tenggara. Pohon siwalan
akan mulai berbuah pada umur sekitar 20 tahun. Pohon ini dapat bertahan hidup
hingga umur 100 tahun.